PENDAHULUAN
Minyak atsiri merupakan salah satu hasil sisa proses metabolisme dalam tanaman, yang terbentuk karena reaksi antara berbagai persenyawaan kimia dengan adanya air. Minyak tersebut di sintesis dalam sel kelenjar pada jaringan tanaman dan ada juga yang terbentuk dalam pembuluh resin, misalnya minyak terpentin dari pohon pinus. Minyak atsiri selain dihasilkan oleh tanaman dapat juga terbentuk dari hasil degradasi trigliserida oleh enzim atau dapat dibuat secara sintesis (Hasibuan,2020)
Minyak tersebut mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir (pungent teste), berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya. Umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut air. Minyak atsiri dapat bersumber pada setiap bagian tanaman, yaitu, dari daun, bunga, buah, biji, batang/kulit dan akar (rhizome). Minyak atsiri banyak digunakan sebagai bahan baku untuk industri parfum, bahan pewangi (fragrances), aroma (flavor), farmasi, kosmetika dan aromaterapi.
Permasalahan Limbah Cair
Sebagian besar sabun, sampo, dan produk mandi lainnya mengandung wewangian sintetis. Sebagian besar bahan wewangian mengalir sebagai limbah. Pada sebagian besar metode pengolahan air limbah tidak dapat menguraikan senyawa pewangi. Senyawa ini cenderung terakumulasi dan sulit terurai. Saat ini, konsumen lebih menyukai parfum alami dan ramah lingkungan yang terbuat dari bahan-bahan murni yang aman. Oleh karena itu diperlukan bahan yang dapat memberikan aroma atau wewangian yang disukai banyak konsumen yang berasal dari bahan alami. Salah satu komponen tambahan yang dapat digunakan sebagai pengharum adalah minyak atsiri.
Kulit Jeruk Nipis Sebagai Alternatif Pewangi pada Sabun
Minyak atsiri dapat dihasilkan dari kulit buah, salah satunya adalah kulit jeruk nipis. Perlu dilakukan kajian pemanfaatan limbah kulit jeruk nipis sebagai bahan baku minyak atsiri untuk meningkatkan nilai ekonomi limbah kulit jeruk nipis dan meningkatkan pendapatan petani kulit jeruk nipis. Berbagai macam metode ekstraksi digunakan dalam pembuatan minyak atsiri, metode yang digunakan biasanya bergantung pada jenis tumbuhan yang digunakan.
Metode Ekstraksi
Metode maserasi adalah metode yang murah dan dipertimbangkan secara luas untuk mendapatkan bahan aktif dari tanaman. Maserasi merupakan metode ekstraksi padat-cair dimana bahan bioaktif pada tumbuhan diekstrak dengan cara merendam bahan tumbuhan tersebut dalam pelarut tertentu dalam jangka waktu tertentu.
Metode lain yang dapat digunakan adalah Soxhlet. Soxhlet memiliki beberapa keunggulan seperti mengurangi penggunaan pelarut organik, karena sampel akan berulang kali dikontakkan dengan pelarut segar. Keuntungan lain dari metode ini adalah penggunaan waktu yang lebih efisien. Proses ekstraksi akan berjalan terus menerus tanpa harus menambah volume pelarut sehingga diperoleh ekstrak yang lebih pekat.
Oleh karena itu, harus dilakukan studi komparatif untuk membandingkan mana metode ekstraksi yang paling efektif untuk dilakukan.
ALAT DAN BAHAN
ALAT
Alat ekstraksi Soxhlet, rotary evaporator, oven, ayakan 50 mesh, alat gelas.
BAHAN
Kulit Jeruk, Pelarut (heksana, etanol, air).
CARA KERJA
- MASERASI
Bubuk kulit jeruk nipis dan pelarut dicampur dengan perbandingan 1:10 (b/v). Larutan diaduk menggunakan pengaduk dengan kecepatan 150 rpm selama 6, 9, dan 12 jam. Campuran serbuk kulit jeruk nipis dan pelarutnya disaring menggunakan kertas saring. Kemudian larutan yang merupakan campuran minyak kulit jeruk nipis dan pelarutnya dipisahkan dengan alat vacuum rotary evaporator.
- SOXHLET
Serbuk kulit jeruk nipis ditimbang sebanyak 20 gram dan dibungkus dengan kertas saring, lalu dimasukkan ke dalam thimble. Pelarut dimasukkan ke dalam labu takar 200 ml, kemudian dipanaskan sesuai dengan titik didih pelarut. Ekstraksi dilakukan selama 6, 9, dan 12 jam. Setelah ekstraksi selesai, ekstrak yang diperoleh dipisahkan antara minyak kulit jeruk nipis dan pelarutnya dengan menggunakan vacuum rotary evaporator.
PENGARUH METODE EKSTRAKSI TERHADAP % HASIL MINYAK ATSIRI
Salah satu faktor utama yang menentukan kualitas minyak dalam ekstraksi minyak atsiri adalah metode ekstraksi. Prosedur yang tidak tepat dapat menyebabkan kerusakan pada minyak sehingga senyawa alami dan bioaktif akan hilang.

Hasil ini disebutkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Hasibuan (2020) dan Lee et al. (2017) yang mengekstraksi minyak atsiri dari daun gaharu menggunakan dua metode yaitu maserasi dan Soxhlet. Rendemen minyak tertinggi diperoleh dengan menggunakan metode Soxhlet. Penelitian dari Gahlot et al. (2018) yang mengekstraksi daun leci, daun kari, daun jamun, dan catechu (hasil samping pohon akasia), dengan metode maserasi dan Soxhlet, diperoleh rendemen minyak terbaik dengan menggunakan metode Soxhlet.
Metode ekstraksi Soxhlet merupakan metode ekstraksi yang berjalan secara kontinyu dengan bantuan pemanasan dimana sampel kulit jeruk nipis bersentuhan langsung dengan pelarut pada waktu ekstraksi yang telah ditentukan dan mengalami sirkulasi. Dibandingkan dengan metode maserasi, ekstraksi Soxhlet memberikan hasil yang lebih tinggi.
PENGARUH JENIS PELARUT TERHADAP % HASIL MINYAK ATSIRI

Hasil penelitian ini dijelaskan dalam penelitian yang dilakukan oleh Hasibuan(2020) dan Lee et al. (2017), yang mengekstraksi minyak atsiri dari daun gaharu menggunakan empat jenis pelarut yang berbeda, yaitu air, etanol, isopropanol, dan heksana, dimana ekstraksi menggunakan heksana sebagai pelarut memiliki rendemen tertinggi. Zat terlarut akan lebih mudah larut dalam pelarut jika memiliki polaritas yang cukup dekat.
Namun ekstraksi menggunakan air dengan metode Soxhlet tidak dapat dilakukan. Dalam ekstraksi Soxhlet, ada beberapa persyaratan pelarut, yaitu pelarut lebih mudah menguap, titik didih pelarut rendah, dan sifat senyawa yang akan diekstraksi mirip dengan pelarut. Di antara heksana, etanol, dan air, air merupakan pelarut yang memiliki titik didih lebih tinggi dan lebih sulit menguap dibandingkan kedua pelarut lainnya. Sifat minyak kulit jeruk nipis dan air juga berbeda, dimana air merupakan senyawa polar dan heksana merupakan senyawa non polar. Sehingga proses ekstraksi dengan metode Soxhlet menggunakan air sebagai pelarutnya tidak dapat dilakukan. Air dapat digunakan sebagai pelarut jika dicampur dengan pelarut nonpolar lainnya dengan perbandingan tertentu, seperti yang dilakukan oleh Febryanto (2017).
WIGGENS SOXHLET EXTRACTION SYSTEM (SES)
Wiggens adalah Brand dari Jerman yang merupakan brand dari berbagai alat general lab. Salah satunya adalah Soxhlet Extraction System (SES). Soxhlet Extraction dari Brand Wiggens ini memiliki beberapa tipe, yaitu yang memiliki 3 dan 6 heating block yang sudah dilengkapi dengan glassware seperti pada gambar dibawah.

Selain memiliki berbagai tipe sesuai kapasitas yang dibutuhkan. Soxhlet Extraction System ini dilengkapi dengan berbagai fitur, seperti:

Dengan kelengkapan fitur yang dimiliki Soxhlet Extraction System ini seperti dilengkapi LED Display, temperatur yang cukup tinggi, memiliki temperatur kontrol pada heating blocknya, dilengkapi dengan glassware yang memiliki kapasitas volume yang besar, fiber selulosa serta adanya pilihan tipe berdasarkan kapasitas ekstraksi yang dibutuhkan, akan mempermudah penggunanya dalam melakukan ekstraksi dengan efisien dan mudah dioperasikan. Sehingga hasil dari proses ekstraksi pun lebih maksimal.
KESIMPULAN
Metode ekstraksi yang paling efisien adalah metode Soxhlet dengan menggunakan alat Soxhlet Extraction System karena waktunya cepat, tidak memerlukan banyak sampel, dan hasil minyak atsiri yang dihasilkannya pun lebih banyak dibandingkan metode maserasi. Sedangkan pelarut yang paling baik digunakan untuk proses ekstraksi adalah pelarut heksana.
Alphasains Dinamika merupakan distributor peralatan laboratorium seperti FTIR, Raman, Oil & Grease Extractor, GC, GC-MS, Digital Microscope, General Lab, dll yang memiliki keagenan beberapa brand dari berbagai negara di dunia, baik Asia, Amerika maupun Eropa. Beberapa brand diantaranya adalah Thermo Scientific (US), OSS (US), DeltaPix (Denmark), Young In Chromass (Korea Selatan), Wiggens (Jerman), dan lainnya. Untuk informasi lebih lanjut mengenai produk kami, silahkan kunjungi www.alphasains.com atau email ke sales@alphasains.com
REFERENSI
[1] Hasibuan dan Gultom, 2020, The effect of method, type of solven and extraction time towards the yield of oil on essential oil extraction from lime peel (Citrus aurantifolia), Konferensi TiO Seri : Ilmu danTeknik Material. Hal. 1-7.
[2] Febryanto MA 2017 Studi Ekstraksi dengan Metode Soxhletasi Pada Bahan Organik Umbi Sarang Semut (Myrmecodia
pendans) Sebagai Inhibitor Organik Tugas Akhir Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
[3] Lee, NY, MAC Yunus, Z Idham, MSH Ruslan, AHA Aziz dan N Irwansyah 2017 Ekstraksi dan Identifikasi Senyawa Bioaktif Dari Daun Gaharu Seri Konferensi IOP: Ilmu dan Teknik Material 162 012028.
[4] Gahlot, M, P Bhatt, dan J Joshi 2018 Hasil Ekstrak Pland Menggunakan Pelarut dan Metode BerbedaBuletin Lingkungan. Farmakologi dan Ilmu Hayati 7 (6) hal 65- 67.